Kendaraan militer produksi PT Pindad ★
PT Pindad (Persero) siap memasok alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai kepentingan pertahanan dan keamanan Indonesia. Mulai dari tank, panser, senjata hingga peluru.
Direktur Utama Pindad Silmy Karim memastikan produk dari Pindad juga sesuai dengan berkualitas Internasional. Terbukti dengan banyak negara yang membeli dan memanfaatkan produk dari Pindad.
"Iya jelas. Karena hasil kunjungan Presiden ke beberapa negara, Timur Tengah itu beliau mendapatkan feedback bahwa ada apresiasi terhadap produk-produk kita. Kita sekarang tinggal melakukan langkah-langkah untuk mendukung rencana tersebut. Tetapi yang terpenting di Indonesia itu sendiri kan. Bagaimana produk kita menjadi tuan rumah," ungkapnya di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Selama ini Pindad sudah memasok alutsista untuk dalam negeri. Namun porsinya masih kecil. Dari total anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk pengadaan, hanya sekitar 5-10% yang dipesan kepada Pindad.
"Dibandingkan dengan anggaran pertahanan sekarang sekitar mungkin 5-10% sementara. Tentunya itu bisa ditingkatkan lagi tetapi kan juga ada PR bahwa industri pertahanan harus direvitalisasi, distrukturisasi, ditransformasi," jelasnya.
Pindad mendukung upaya pemerintah untuk merancang peta jalan atau roadmap industri pertahanan dan keamanan. Dari roadmap tersebut, juga akan membantu keberlangsungan perusahaan dalam negeri yang bergerak di sektor tersebut.
"Presiden juga menyampaikan bahwa pembangunan kekuatan pertahanan harus seiring dengan pembangunan rencana dari pada industri pertahanan. Jadi harus in line, itu strong mesagge menurut saya," tukasnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar pembelian alutsista dimulai dengan interaksi antar pemerintah untuk menghindari praktek mark-up, terutama yang melalui perantara broker.
Menurut Silmy, hal tersebut sangat bagus untuk transprasni keuangan negara. Walaupun sebenarnya tidak semua broker melakukan prkatik mark up.
"Ya memang dalam dunia persenjataan, alutsista, broker itu kan lazim. Di dunia ya secara umum. Tetapi kan batas kelazimannya itu bagaimana. Kemudian kita kan sedang bangun industri pertahanan, tentunya yang diutamakan produk dalam negeri. Jangan sampai broker ini bermain, pengaruhi sehingga melupakan nasional interest," terangnya. (mkl/ang)
PT Pindad (Persero) siap memasok alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai kepentingan pertahanan dan keamanan Indonesia. Mulai dari tank, panser, senjata hingga peluru.
Direktur Utama Pindad Silmy Karim memastikan produk dari Pindad juga sesuai dengan berkualitas Internasional. Terbukti dengan banyak negara yang membeli dan memanfaatkan produk dari Pindad.
"Iya jelas. Karena hasil kunjungan Presiden ke beberapa negara, Timur Tengah itu beliau mendapatkan feedback bahwa ada apresiasi terhadap produk-produk kita. Kita sekarang tinggal melakukan langkah-langkah untuk mendukung rencana tersebut. Tetapi yang terpenting di Indonesia itu sendiri kan. Bagaimana produk kita menjadi tuan rumah," ungkapnya di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Selama ini Pindad sudah memasok alutsista untuk dalam negeri. Namun porsinya masih kecil. Dari total anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk pengadaan, hanya sekitar 5-10% yang dipesan kepada Pindad.
"Dibandingkan dengan anggaran pertahanan sekarang sekitar mungkin 5-10% sementara. Tentunya itu bisa ditingkatkan lagi tetapi kan juga ada PR bahwa industri pertahanan harus direvitalisasi, distrukturisasi, ditransformasi," jelasnya.
Pindad mendukung upaya pemerintah untuk merancang peta jalan atau roadmap industri pertahanan dan keamanan. Dari roadmap tersebut, juga akan membantu keberlangsungan perusahaan dalam negeri yang bergerak di sektor tersebut.
"Presiden juga menyampaikan bahwa pembangunan kekuatan pertahanan harus seiring dengan pembangunan rencana dari pada industri pertahanan. Jadi harus in line, itu strong mesagge menurut saya," tukasnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar pembelian alutsista dimulai dengan interaksi antar pemerintah untuk menghindari praktek mark-up, terutama yang melalui perantara broker.
Menurut Silmy, hal tersebut sangat bagus untuk transprasni keuangan negara. Walaupun sebenarnya tidak semua broker melakukan prkatik mark up.
"Ya memang dalam dunia persenjataan, alutsista, broker itu kan lazim. Di dunia ya secara umum. Tetapi kan batas kelazimannya itu bagaimana. Kemudian kita kan sedang bangun industri pertahanan, tentunya yang diutamakan produk dalam negeri. Jangan sampai broker ini bermain, pengaruhi sehingga melupakan nasional interest," terangnya. (mkl/ang)
♞ detik
0 comments: