N219 produksi anak bangsa ★
Kepala Sub-Bagian Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Jasyanto mengatakan pesawat buatan dalam negeri bernama N-219, yang rencananya akan diproduksi secara massal pada 2017, masih harus memiliki sejumlah sertifikat.
Hal ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan izin terbang dan melakukan uji terbang perdana pesawat tersebut. "Masih ada kendala yang harus disesuaikan di lapangan," kata Jasyanto saat ditemui di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Senayan, Jakarta, Jumat, 15 Juli 2016.
Jasyanto melanjutkan, setiap proses pembuatan pesawat yang dibuat atas kerja sama Lapan dan PT Dirgantara Indonesia ini diawasi secara ketat oleh tim dari Kementerian Perhubungan. "Mereka lihat pembuatannya, pengujiannya, bahkan dari tahap sebelumnya (desain)."
Jasyanto menuturkan proses yang dilewati pesawat N-219 ini merupakan proses yang normal. Salah satu tesnya yang paling dekat akan dilakukan adalah pengujian sayap pesawat dan landing gear dari pesawat tersebut. "Itu diawasi ketat lho sama Kemenhub," ucap dia.
Ketika ditanyai mengenai insinyur-insinyur yang terlibat dalam pembuatan pesawat itu, Jasyanto menjelaskan tak ada satu pun insinyur asing terlibat, semuanya merupakan insinyur lokal. Kolaborasi antara insinyur senior dan muda menjadi tulang punggung proyek ini.
Adapun pesawat N-219 ini memiliki keunggulan, di antaranya, bisa digunakan untuk landasan pendek dan mampu mencapai pulau-pulau kecil di Indonesia. Menurut Jasyanto, pesawat ini memang akan digunakan sebagai penghubung antarpulau, khususnya di Indonesia bagian timur.
Dalam puncak perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-21 di Solo pada Agustus mendatang, rencananya akan ada live streaming simulasi pesawat ini, antara PT DI di Bandung dan Presiden Joko Widodo di Solo. "Ya nanti simulasinya yang akan ditampilkan ke Presiden," ujar Jasyanto.
Kepala Sub-Bagian Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Jasyanto mengatakan pesawat buatan dalam negeri bernama N-219, yang rencananya akan diproduksi secara massal pada 2017, masih harus memiliki sejumlah sertifikat.
Hal ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan izin terbang dan melakukan uji terbang perdana pesawat tersebut. "Masih ada kendala yang harus disesuaikan di lapangan," kata Jasyanto saat ditemui di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Senayan, Jakarta, Jumat, 15 Juli 2016.
Jasyanto melanjutkan, setiap proses pembuatan pesawat yang dibuat atas kerja sama Lapan dan PT Dirgantara Indonesia ini diawasi secara ketat oleh tim dari Kementerian Perhubungan. "Mereka lihat pembuatannya, pengujiannya, bahkan dari tahap sebelumnya (desain)."
Jasyanto menuturkan proses yang dilewati pesawat N-219 ini merupakan proses yang normal. Salah satu tesnya yang paling dekat akan dilakukan adalah pengujian sayap pesawat dan landing gear dari pesawat tersebut. "Itu diawasi ketat lho sama Kemenhub," ucap dia.
Ketika ditanyai mengenai insinyur-insinyur yang terlibat dalam pembuatan pesawat itu, Jasyanto menjelaskan tak ada satu pun insinyur asing terlibat, semuanya merupakan insinyur lokal. Kolaborasi antara insinyur senior dan muda menjadi tulang punggung proyek ini.
Adapun pesawat N-219 ini memiliki keunggulan, di antaranya, bisa digunakan untuk landasan pendek dan mampu mencapai pulau-pulau kecil di Indonesia. Menurut Jasyanto, pesawat ini memang akan digunakan sebagai penghubung antarpulau, khususnya di Indonesia bagian timur.
Dalam puncak perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-21 di Solo pada Agustus mendatang, rencananya akan ada live streaming simulasi pesawat ini, antara PT DI di Bandung dan Presiden Joko Widodo di Solo. "Ya nanti simulasinya yang akan ditampilkan ke Presiden," ujar Jasyanto.
♞ Tempo
0 comments: